Prakata : Setelah lebih dari 62 tahun Indonesia merdeka kalau kita mau jujur maka kedudukan Indonesia dibandingkan negara-negara lain yang baru meraih kemerdekaan setelah tahun 1945 tidak memuaskan. Karunia Tuhan yang berupa tanah air yang elok dan subur tidak membuat rakyat yang merdeka ini dapat hidup dalam kemakmuran yang berkeadilan dan sejahtera lahir batin. Jurang si kaya dan si miskin semakin menganga.
QUO VADIS PENDIDIKAN DI INDONESIA?
Sejarah telah memberi pelajaran kepada kita bahwa pendidikan menduduki tempat sangat strategis dalam pembentukan dan kelahiran sebuah bangsa. Lebih lanjut ketika sebuah bangsa mencapai kemerdekaan maka upaya untuk mengisi kemerdekaan juga akan ditentukan oleh ketelatan dan kualitas pendidikan yang ada dan berkembang di negara tersebut.
Indonesia sebagai negara merdeka lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 ketika Sukarno dan Hatta sebagai tokoh-tokoh yang mengatas namakan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sukarno dan Hatta adalah representasi dari anak bangsa yang mengenyam pendikan moderen pada waktu itu. Kedua tokoh ini sudah meraih gelar sarjana penuh (dengan kualitas internasional) ketika lebih dari 95 % penduduk Indonesia masih buta huruf. Tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat dan kebanggaan kita kepada para pahlawan anti penjajah yang terdahulu seperti halnya Sultan Hasanudin , Trunojoyo,Untung Surapati, Pattimura,Tuanku Imam Bonjol,Pangeran Diponegoro, Teuku Umar ,Cut Nyak Din dan lain-lain. Ternyata perlawanan terhadap penjajah yang didukung dengan modal pendidikan yang dimiliki oleh rakyat dan pemimpin ternyata jauh lebih efektip dibandingkan dengan angkat senjata saja. Sejak lahirnya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang disusul dengan Sumpah Pemuda sebagai ?Kelahiran Bangsa Indonesia? pada tanggal 28 Oktober 1928 dan mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945 perjuangan untuk meraih kemerdekaan telah dilakukan dengan lebih banyak menggunakan otak ketimbang otot. Jepang dan Belanda harus dikalahkan dengan ?ilmu dan metoda? yang mereka pakai sendiri. Kata kuncinya adalah pendidikan dan kualitas sumber daya manusia.
Setelah lebih dari 62 tahun Indonesia merdeka kalau kita mau jujur maka kedudukan Indonesia dibandingkan negara-negara lain yang baru meraih kemerdekaan setelah tahun 1945 tidak memuaskan. Karunia Tuhan yang berupa tanah air yang elok dan subur tidak membuat rakyat yang merdeka ini dapat hidup dalam kemakmuran yang berkeadilan dan sejahtera lahir batin. Jurang si kaya dan si miskin semakin menganga. Ada 40 orang super kaya Indonesia yang masuk dalam daftar orang-orang kaya di dunia menurut majalah FORBES edisi akhir Desember 2007. Disitu kita temui Abu Rizal Bakrie yang Menko Kesra RI berada pada urutan pertama dengan kekayaan 5,4 milyar dollar AS. Sungguh mentakjubkan! Tetapi kita juga disuguhkani fakta bahwa lebih dari 100 juta orang Indonesia masih hidup pada kondisi dibawah garis kemiskinan. Kualitas penddikan di Indonesia tergolong rendah. Fasilitas pendidikan dasar compang-camping dan nyaris tanpa didasari falsafah luhur pendidikan yang menjadi dasar interaksi antara guru dan murid. Guru bukan lagi sebagai tokoh ?yang digugu dan ditiru? tetapi sudah ?jatuh? menjadi ?pekerjaan biasa?. Tidak mengherankan manakala masyarakat pendidikan telah berubah menjadi ?masyarakat patembayan sepenuhnya? dan konflik-konflik bermunculan karena masing masing pihak menonjolkan kepentingannya sendiri. Karena pemerintah mengambil posisi bukan menjadi penanggung jawab utama penyelengaraan pendidikan maka secara cepat dan pasti pendidikan sekedar menjadi barang dagangan. Kalau menginginkan pendidikan yang baik dan berkualitas dan sudah barang tentu pasokannya sedikit harus mampu membayar harga yang mahal. Sebagai akibatnya indek pembangunan manusia Indonesia yang disitu diukur tingkat /kualitas pendidikan dan kesehatan jatuh kedalam kategori yang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Malaysia,Philipina, Vietnam dsb. Dengan kualitas Sumber Daya Insani semacam ini adakah harapan bagi bangsa Indonesia untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari arus globalisasi dunia?