BK3S || BK3S JATIM || BKKKS || BKKKS JATIM || SOSIAL
Berita Kronik Tokoh

KENANGAN ALMARHUM BAPAK RADEN PANJI MOHAMMAD NOER

Tahun 1950, Patih (Wakil Bupati) Bangkalan, M. Noer mencetuskan gagasan pembangunan Jembatan Suramadu. Pada masa itu, gagasan itu dianggap banyak orang sangat obsesif. Dia memang sangat terobsesi dengan pembangunan jembatan Suramadu.

SAMBUTAN KENANGAN

ALMARHUM BAPAK RADEN PANJI MOHAMMAD NOER

PADA ACARA MEMPERINGATI HARI KARTINI DAN MENGENANG JASA

DAN PENGABDIAN IBU J.S. NASUTION KEPADA GERAKAN

KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA

TANGGAL 29 APRIL 2010 DI JAKARTA

Yth. Anggota Badan Pengurus, Badan Perwakilan dan Badan Pertimbangan DNIKS
Yth. Ketua Umum DNIKS
Yth. Mantan Pengurus DNIKS
Yth. Para Pengurus ORSOSNAS
Yth. Ketua Umum BKKKS DKI Jakarta
Yth. Bapak/Ibu, para undangan dan hadirin sekalian yang berbahagia

Assalamu?alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera bagi kita semua

Mengawali sambutan ini, marilah bersama ? sama kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan karunianya, acara memperingati hari Kartini sekaligus mengenang jasa dan pengabdian Ibu J.S. Nasution setelah 40 hari wafatnya Almarhumah seorang tokoh besar dan pejuang pengabdi pembangunan kesejahteraan sosial kemanusiaan. Pada kesempatan ini saya diminta untuk memaparkan kenangan tentang pengabdian Almarhum Bapak Raden Panji Mohammad Noer kepada nusa, bangsa dan negara Indonesia tercinta. Saya bergembira mendapat kesempatan ini dan sangat berterima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu sekalian yang telah berkenan meluangkan waktu untuk hadir pada acara peringatan ini, dan tak lupa saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada DNIKS khususnya Bapak Prof. Dr. H. Haryono Suyono, MA. yang telah berupaya secara optimal untuk memberikan penghargaan kepada kedua tokoh nasional yang kita kagumi bersama ini dengan menyelenggarakan acara ini.

Hadirin yang berbahagia.

Mantan Gubernur Jawa Timur (1967 ? 1971 dan 1971 ? 1976), H. Raden Panji Mohammad Noer telah pergi (wafat) untuk selamanya dalam usia 92 tahun di Surabaya, Jumat 16 April 2010, pukul 08.50 Wib. Dalam tujuh bulan terakhir sebelum wafat, tepatnya sejak 21 September 2009, mantan Duta Besar Repulik Indonesia untuk Perancis itu; telah dirawat di RS Darmo, Surabaya. Menurut puteranya Prof dr Sjaifuddin Noer, selama dirawat kondisi kesehatannya turun-naik dan dalam empat hari sebelum wafat kondisi kesehatan beliau semakin memburuk.

H Raden Panji Mohammad Noer, seorang pamong abdi rakyat. Pencetus gagasan pembangunan Jembatan Suramadu (1950), itu, hingga usia 90-an tahun, tak pernah berhenti berpikir ,berjuang dan berkarya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Slogan atau sesanti hidupnya adalah ?agawe wong cilik biso gumuyu!? (membuat rakyat/orang kecil bisa hidup sejahtera). Pria kelahiran Sampang,13 Januari 1918, M Noer meninggalkan seorang istri (Mas Ayoe Siti Rachma), 8 anak (4 Pria & 4 Wanita) , 21 cucu, dan 6 cicit. Jenazah disemayamkan di rumah duka Jalan Anwari 11, Surabaya dan dikebumikan di pemakaman keluarga di Desa Somor Kompah, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Sabtu, 17 April 2010, setelah dishalatkan di Masjid Al Falah Surabaya, Masjid Agung Bangkalan, dan Masjid Agung Sampang, sesuai dengan wasiat almarhum.

INSPIRASI KEMISKINAN RAKYAT KETIKA MASA KECIL

Bencana datang silih berganti. Rakyat menjerit lantaran tertindih kesulitan demi kesulitan ekonomi. Kenyataan pahit ini mengingatkan H. Muhammad Noer yang bergelar bangsawan Raden Panji pada kemiskinan masyarakat Madura yang dilihatnya pada tahun 1926. Kemarau yang relatip panjang di P. Madura berlangsung setiap tahun dari Juli sampai Oktober dan bahkan kadang-kadang sampai bulan Desember. Kekeringan yang menggoreskan penderitaan dan kemelaratan yang menerpa kehidupan rakyat yang datang bersama dengan paceklik dari tahun ke tahun. Saat itu, M. Noer masih duduk di kelas III HIS, Sampang. Pria yang dilahirkan di Kampung Beler, Desa Rong Tengah, pinggiran kota Sampang, tanggal 13 Januari 1918 ini, dalam usia yang sangat belia (8 tahun), terpana melihat iring-iringan pria dan wanita berobor dengan beban berat di pundak dan punggung. Mereka berjalan kaki berkilo-kilometer, menembus gelap malam, menuju pantai selatan. Kenyataan yang terjadi berulang-ulang tersebut, baginya menjadi misteri selama lima tahun.

M. Noer menemukan jawabannya lima tahun kemudian, setelah ia berusia 13 tahun. ?Deraan kemiskinan dan ancaman kelaparan setiap musim kemarau mendorong mereka mencari sesuap nasi di tanah seberang.? Eksodus masyarakat Madura saat itu dengan pola sebagai berikut : dari Sampang ke Probolinggo atau Pasuruan, dari Bangkalan ke Surabaya sampai Malang, dari Pamekasan ke Probolinggo, Jember dan Lumajang, dari Sumenep ke Situbondo, Panarukan dan Bondowoso, sedangkan yang ke Kalimantan dari Madura bagian Utara- Tengah.

Tempaan kehidupan yang begitu berat bagi orang Madura kiranya telah membentuk mereka menjadi pekerja keras dan atau pengusaha yang ulet dengan temperamen yang cenderung keras.. Kenangan di masa kecil ini sangat membekas dalam kehidupan M. Noer. Dari sini timbul obsesi yang diyakininya sejak muda untuk memakmurkan Madura. Ia ingin mendalami bidang pertanian untuk memperbaiki nasib masyarakat Madura yang daerahnya gersang. (Mohammad Noer: Pamong Mengabdi Desa).

M. Noer putra ketujuh dari 12 anak pasangan Raden Aria Condropratikto dan Raden Ayu Siti Nursiah, dua duanya adalah keturunan Pangeran Adipati Cakraningrat IV ,penguasa Madura yang sangat terkemuka dalam sejarah Indonesia. M. Noer menikahi Mas Ayu Siti Rachma, tahun 1941. Mereka dikaruniai empat putri dan empat putra. Putra Madura ini memulai karir pangreh prajanya tahun 1939, magang di Kantor Kabupaten Sumenep, begitu tamat dari MOSVIA Magelang. Sejak itu sampai menjadi gubernur, M. Noer mengabdikan dirinya sebagai pamong praja. Ia pernah menjadi anggota MPR dan DPA. Tahun 1976-1980, M. Noer mendapat tugas menjadi Duta Besar RI di Perancis, kemudian menjabat Ketua Umum DNIKS dan masih dilanjutkan lagi dengan banyak jabatan kepengurusan dibidang organisasi sosial ? kemasyarakatan lain baik ditingkat nasional maupun di tingkat propinsi Jawa Timur.

Hadirin yang berbahagia.

Ketika menjabat Gubernur Jawa Timur (1967-1976), M. Noer mempunyai kebiasaan untuk selama 20 hari berada di desa-desa, hanya 10 hari dikantornya. Semua itu beliau lakukan untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya dengan mata kepala sendiri. Ia selalu dekat dengan rakyat karena ingin tahu apa yang mereka rasakan, apa yang masih menjadi kekurangan, apa yang menjadi kebutuhan, keluhan dan keinginan mereka. M Noer sangat memperhatikan dan mencintai rakyat. Bagi beliau kalau ada sesuatu yang salah dengan negeri ini maka yang salah pasti adalah para pejabat dan atau pihak pemerintah. Kalimat yang sering beliau ucapkan sebagai wanti-wanti bagi para staf/bawahan beliau adalah :?mungkin saja diantara mereka masih banyak yang buta huruf, tapi yang pasti saya yakin mereka tidak buta hati!?.

M. Noer sadar betul bahwa sebagai gubernur atau kepala daerah sebuah propinsi yang merupakan tanah kelahirannya beliau tidak boleh main-main. Apalagi beliau yang meniti karir sebagai pamong praja dari bawah sehingga tidak ada keraguan sedikitpun dan tidak ada pilihan lain kecuali menjadi abdi rakyat. Ia tidak bisa hanya memerintah dari kantornya, tetapi lebih banyak turun kelapangan dan berada di desa-desa, berkeliling dari satu kabupaten ke kabupaten lain. Apa yang ia lihat dan perlu ada koreksi dan penyempurnaan akan dilakukan dengan segera; namun semua itu dilaksanakan dengan mekanisme yang benar melalui cara-cara administrasi dan birokrasi yang tertib. Ia memberitahu para pejabat di lingkungannya mengenai hal-hal yang perlu dilaksanakan. Bilamana ada laporan, ia langsung melakukan cek dan ricek, apakah perintah atau petunjuknya, dilaksanakan atau tidak oleh para pelaksana di bawah. Dalam pada itu M. Noer untuk mengefektipkan fiungsi pengawasan beliau membentuk tim khusus yang akan melakukan pengecekan. Kepada para bawahan dan birokrat yang membantunya beliau menekankan untuk selelu bersikap jujur , tidak mengecoh dan mengabaikan kepentingan rakyat. Ketika Lumpur Lapindo menyembur dan mulai menggenangi rumah.pekarangan, sawah ladang, pabrik dan tempat kerja penduduk di desa- desa menjadi interseksi Porong, Tanggulangin dan Jabon Pak Noer dengan tegas mengatakan bahwa semua itu adalah kesalahan manusia (pengeboran ) . Berulang kali beliau berkata bahwa : ?Bakrie harus bertanggung jawab!? , Beliau juga mnyempatkan diri untuk berkunjung ke Pasar Baru Porong untuk melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana penderitaan rakyat korban Lulmpur Lapindo. Oleh karena itu para korban telah memberikan penghargaan atas perhatian Pak Noer dalam bentuk ?LUMPUR LAPINDO AWARD!? bersama dengan tokoh-tokoh nasional yang antara lain Romo Franz Magnis Soeseno, Buya Achmad Syafi?i Ma?arif dan KH Salahuddin Wahid.

A MAN OF DIGNITY AND DISCIPLINE DAN UWUR-TUTUR -SEMBUR.

M. Noer selalu menomor satukan pendidikan. Ketika menjadi Bupati, ia melaksanakan program Tiga – P. yakni Pendidikan menuju tauhid, Percaya kepada Allah, dan Perhubungan. Dengan pendidikan, masyarakat menjadi melek huruf agar bisa membaca dan pintar. Jika seseorang sudah percaya kepada Allah diharapkan hatinya bersih. Dan dengan perhubungan bermaksud agar tidak ada lagi daerah terpencil yang terisolir. Menurut M. Noer yang ketika itu menjadi anggota Dewan Pendidikan Nasional, pendidikan adalah tanggung jawab tiga elemen; yaitu pemerintah, masyarakat dan orangtua. Jangan selamanya bergantung pada pemerintah. Masyarakat dan orang tua mesti berpartisipasi. Ia melihat di Indonesia, pendidikan sudah mulai berjalan bagus; beliau mengharapkan agar penddikan yang baik benar-benar akan menjadi modalutama bangsa di masa datang. Di Jawa Timur beliau terlibat aktip sebagai anggota Dewan Penyantun hampir disemua Universitas/Institut Pendidikan Negeri. Lebih dari itu beliau adalah pemrakarsa utama dan pendiri dari Universitas Trunojoyo di Bangkalan yang diharapkan nanti akan menjadi kebanggaan Madura dan Jawa Timur. Kata beliau, secara internasional arahnya adalah berlomba untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa masing-masing. Persaingan bangsa-bangsa di dunia akan lebih diwarnai oleh persaingan dibidang kemampuan dan mutu sumber daya insani. Tidak mengherankan manakala M. Noer setiap datang ke desa selalu memperhatikan masalah pendidikan, mendengarkan keluhan masyarakat dan pemerintah setempat tentang kendala yang ada untuk mengembangkan bidang ini.

Bapak M. Noer adalah ?A MAN OF DIGNITY AND DISCIPLINE!?. Beliau selalu berusaha dengan keras untuk tampil dengan bermartabat dan terhormat dan untuk itu senantiasa tepat waktu dan selalu memenuhi janji. Konsekuensinya bila bergaul agak dekat dengan beliau maka karakter ini juga harus ada pada kita. Kalau tidak pasti akan timbul masalah dengan beliau. Kalau mengundang beliau untuk menghadiri suatu rapat atau pertemuan maka acara harus dibuka sesuai dengan jadwal yang tertulis. Pak M. Noer tidak segan-segan langsung mengkritik panitia dengan nada yang tinggi manakala acara tidak dimulai, ?Jangan menunggu orang-orang yang terlambat!? ?Hargailah waktu dan orang-orang yang telah berjuang keras untuk datang tepat waktu !?. Demikian pesan wanti-wanti beliau.

Setelah lama Pak M Noer purna tugas maka kegiatan sosial kemasyarakatan beliau sangatlah banyak sekali . Antara lain menghimpun kawan-kawan beliau yang pernah mendapat pendidikan sekolah pamong praja di zaman Hindia Belanda. ?Paguyuban OSMOS? menjadi tempat berkumpulnya para sesepuh pamongpraja lulusan OSVIA DAN MOSVIA . Harus diakui bahwa mereka telah menjadi tulang punggung pemerintahan sipil Indonesia Merdeka.

Alumni OSMOS sebagian besar berkarir di pemerintahan dalam negeri namun banyak juga yang menjadi polisi , jaksa dan bahkan perwira militer khususnya Angkatan Darat. Dengan semakin banyaknya para alumni OSMOS yang telah berpulang maka ikatan silaturrahim keluarga besar ini diteruskan dengan memasukkan generasi putra-putri beliau kedalam organisasi yang kemudian dikenal sebagai ?OSMOS PLUS!?. Dalam kehidupan sosial ekonomi dan agama beliau termasuk manusia yang nyaris sempurna. Pastilah bukan tipe orang tua yang menyusahkan anak cucu dan bahkan sebaliknya orang tua yang memberikan kehormatan, kebanggaan dan motivasi bagi anak cucu. Kalau ada orang atau organisasi yang memerlukan bantuan keuangan/materi beliau akan dengan serta merta mengulurkan tangan memberi sumbangan (uwur), manakala ada organisasi yang mengundang untuk bicara dalam forum loka karya atau sarasehan beliau akan datang dengan sambutan pengarahan dan petuahnya yang masih relevan dan sarat nilai kebangsaan dan perjuangan (tutur) dan last but not least kalau ada handai taulan/kenalan yang sedang dirundung duka beliau akan datang dengan kata-kata menghibur yang menjadi si tawar si dingin; akan tetapi muntuk memenuhi undangan kerabat yang sedang bersukacita bahagia karena menikahkan anak mereka Pak Noer akan datang dengan doa dan pangestunya (sembur). Dibidang perekonomian rakyat khususnya perkreditan rakyat Pak Noer adalah salah satu pemrakarsa berdirinya Bank Prekreditan Rakyat Syariah PT Bhakti Makmur Indah . BPRS yang pertama di Jawa Timur. Saya yang bukan ahli agama Islam ?dipaksa? oleh beliau untuk menjabat sebagai Komisaris Utama sejak tahun 1993. Tuhan Maha Besar , Maha Mengetahui dan Maha Berencana. BPRS PT BMI yang peresmiannya pada tanggal 16 April 1994 dilakukan sendiri oleh Drs Mar?ie Muhammad Ak yang ketika itu Menteri Keuangan Republik Indonesia bertepatan dengan berpulangnya ayah mertua saya almarhum Bapak Soejono Hardjowisastro. Sedangkan Bapak Moh Noer dipanggil menghadap kembali kepada Illahi Robbi pada tanggal 16 April 2010. Tepat 16 tahun sejak berdirinya Bank Perkreditan (sekarang dirubah menjadi Pembiayaan) Rakyat Syariah PT Bhakti Makmur Indah yang alhamdulillah telah berkembang pesat dan menjadi salah satu BPRS yang terkemuka di Indonesia.

Hadirin yang berbahagia.

Tahun 1950, Patih (Wakil Bupati) Bangkalan, M. Noer mencetuskan gagasan pembangunan Jembatan Suramadu. Pada masa itu, gagasan itu dianggap banyak orang sangat obsesif. Dia memang sangat terobsesi dengan pembangunan jembatan Suramadu. Latar belakangnya, ketika menjabat Patih (Wakil Bupati) Bangkalan tahun 1950, ada kerja sama antara Bupati Bangkalan dan Walikota Surabaya. M. Noer menjadi sekretaris. Saat itu, M. Noer sudah membayangkan akan terjadinya kemacetan transportasi antara Surabaya dan Madura. Kemudian, ide ini diwujudkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dengan Keputusan Presiden Nomor 79 Tahun 2003 tentang Pembangunan Jembatan Surabaya-Madura. Megawati menancapkan tiang pancang pada 20 Agustus 2003. Jembatan sepanjang 5,4 kilometer itu diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 10 Juni 2009.

Setelah tidak banyak kegiatan membantu Pemerintah pusat maka Pak Noer lebih berkonsentrasi dalam upaya untuk mewujudkan obsesi beliau membangun Jembatan Suramadu. Beliau mendirikan PT. Dipa Madura Pradana (DMP) yang melakukan kegiatan-kegiatan awal. Banyak kendala dan penghalang yang melintang namun beliau tidak pernah berputus asa. Saya sendiri bersama almarhum Prof Miendrowo Prawirodjoemeno sempat membantu melakukan penelitian dampak sosial ekonomi dari pembangunan jembatan Sura Madu untuk meyakinkan baik pemerintah maupun rakyat Madura betapa strategisnya peranan jembatan ini untuk masa depan Madura dan Jawa Timur.

Hadirin yang berbahagia.

H. Raden Panji Mohammad Noer, meninggalkan wasiat sebelum meninggal yaitu ?kalau aku meninggal, makamkan aku di Sampang di desa Somor Kompah tempat keluarga berkumpul?, ?Sholatkan aku di masjid Al Falah, masjid Bangkalan (Pak Bupati membantu), Masji Jami Sampang? dan ?Minta jenasah lewat Jembatan Suramadu dan tidak dimakamkan di makam Pahlawan.? Alhamdulillah rakyat dan Pemerintah daerah Jawa Timur dapat memenuhi keinginan akhir beliau.

Hadirin yang berbahagia.

Demikianlah beberapa hal yang dapat kami sampaikan pada kesempatan ini . Sebuah acara yang sangat sederhana dengan tujuan untuk mengenang sosok dan pengabdian almarhum Bapak Raden Panji Mohammad Noer dan almarhumah Ibu J.S. Nasution dalam kegiatan kesejahteraan sosial di Indonesia.

Selamat Jalan Gubernur Wong Cilik dan selamat jalan Ibu J. S. Nasution. Jasa Ibu dan Bapak kepada tanah air, bangsa dan negara tak dapat dinilai dengan apapun. Kedua beliau ini adalah Manusia yang dilahirkan sebagai Orang Besar, Mendapatkan Kesempatan Besar dan dimanfaatkannya untuk Berbuat Besar!

Semoga Allah SWT memberikan tempat kembali yang sebaik-baiknya di sisi Nya. Amin.

Wassalamu?alaikum Wr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua

Jakarta, 29 April 2010

Dr. H. TJUK KASTURI SUKIADI, SE
KETUA BIDANG PENDIDIKAN DAN LATIHAN DNIKS
KETUA UMUM BKKKS JAWA TIMUR

Sumber :

  1. Kompas, Halaman A. 17 April, 2010. Tokoh Besar Itu Pergi
  2. Pengalaman pribadi Dr. H. Tjuk Kasturi Sukiadi, SE bersama Bapak H. M. Noer
  3. http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/m/mohammad-noer/index.shtml
  4. http://voa-islam.net/news/profile/2010/04/19/5222/momamad-noergubernur-legendaris-kaya-kisahinspiratif/

Related posts

FKKDAC Kab. Gresik Kunjungi BKKKS Prov. Jatim

admin01

Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap Budaya

admin01

STRESS!

bk3s
buka chat
Butuh bantuan?
hi kakak
Ada yang bisa kami bantu?